26 Mei 2009

PSMM Mark 5 : Si Cepat dari Negeri Ginseng

01 April 2008

KRI Mandau 621 (photo : Kaskus Militer)

Selain kapal cepat torpedo FPB-57 NAV-I, satuan kapal cepat Armatim juga diperkuat dengan armada kapal cepat pengusung rudal. Kapal Cepat Rudal atau disingkat KCR, begitu biasa disebut di lingkungan TNI AL. Julukan lain yang kerap dilontarkan adalah Patrol Ship Killer (PSK).

Merujuk pada sumber Jane’s Fighting Ship (1982-83), kapal buatan galangan kapal Tacoma Masan, Korea Selatan ini sebenarnya mengusung kode asli PSMM. Bila dijabarkan kode tadi bisa diartikan sebagai kapal patroli multi-misi alias Patrol Ship Multi Mission. Subvarian yang diserahkan ke Indonesia adalah PSMM Mark 5. Sumber lain yang berhasil dikumpulkan redaksi menyebutkan kapal ini juga mendapat klasifikasi sebagai kapal cepat berpeluru kendali kelas Dagger.

Catatan sejarah menunjukkan pada akhir era 1970-an Indonesia membeli empat kapal jenis ini dengan opsi tambahan pembelian sebanyak empat kapal lagi. Namun entah mengapa, sampai sekarang TNI AL Cuma menerima pesanan pertama saja.

Dua kapal pertama rampung dibuat pada 20 Juli 1979. Keduanya resmi diserakan ke TNI AL pada Oktober tahun itu juga. Sisa pesanan baru dirampungkan pada awal era 1980-an. Keempat kapal PSMM ini masing-masing diberi nama senjata tradisional nusantara. Sebut saja mulai dari KRI Rencong (621), KRI mandau (622), KRI badik (623), dan terakhir adalah KRI Keris (624).

Pelaut Sejati

Ada semacam pameo di lingkungan TNI AL, “ belum jadi pelaut sejati kalau belum pernah ditempatkan pada KCR”. Tentu saja pernyataan ini bukan asal dilontarkan.

Bila dilihat dari kualifikasi teknis, ukuran kapal yang terbilang kecil plus pemakaian aluminium sebagai bahan pembalut bodi dan lambung maka bisa dipastikan kalau kapal bakal mengalami masalah stabilitas saat dihantam ombak besar.

Feknya bisa ditebak. Seluruh awak terasa seperti diaduk-aduk. Hanya para pelaut dengan fisik jempolan saja yang bisa melewati kondisi seperti ini. Singkat kata orang-orang jebolan KCR akan lebih tahan banting jika nantinya ditempatkan pada kapal-kapal perang berukuran lebih besar yang notabene punya tingkat kestabilan lebih baik.

Rudal Exocet
KRI Badik 623 (photo : Kaskus Militer)

Selain berkunjung ke KRI Ajak (653), Angkasa diberi pula kesempatan menengok salah satu armada KCR. Kapal yang dimaksud adalah KRI Keris (624).

Sesuai dengan klasifikasinya, kapal ini dilengkapi rudal permukaan-permukaan antikapal. Tipe yang dicomot Exocet MM38 buatan Perancis. Ada empat rudal yang bisa dibawa dan ditempatkan di dek belakang. Konfigurasi penempatan rudal dibuat saling bersilang. Dua rudal paling belakang diarahkan ke sisi kiri. Sementara sisanya kea rah kanan. Dengan pemandu radar aktif, Exocet MM-38 mampu menghantam targetnya pada jarak 42 km.

Lantaran dipunggawa sebagai kapal berpeluru kendali maka wajar saja bila sejumlah perangkat elektronik juga dijejalkan pada kapal. Buat menangkis gangguan elektronik lawan sekaligus sebagai pengunci target (radar intercept), PSMM dilengkapi piranti ESM Thomson-CSF seri DR 2000S. Selain itu masih ada lagi system control senjata Selenia NA-18, pengontrol tembakan Signaal WM28, dan radar permukaan Racal Decca 1226. Kondisi cukup unik dipergoki awak redaksi ketika mengintip kompartemen tempur kapal ini. Suhu udara di ruangan sengaja dibuat sedemikian sejuk. Hal ini dilakukan untuk melindungi perangkat elektronik dari efek over heat.

Seperti umumnya kapal cepat, KRI Keris juga dilengkapi senjata Bantu. Pada dek depan bertengger kubah meriam laras tunggal Bofors Mk.1 kaliber 57 mm. Pada kanan kiri kubah terdata rel pelontar chaff/flares sebagai elemen bela diri kapal dari kemungkinan serangan rudal lawan. Secara teknis meriam ini punya daya tembak sampai 200 butir peluru permenit serta jarak jangkau hingga 17 km.

Selanjutnya masih ada lagi dua tipe senjata bantu lain. Tipe pertama yaitu sepucuk meriam Bofors caliber 40 mm/70 dengan daya tembak 300 butir permenit serta jarak jangkau hingga 12 km. Meriam ini tertanam di buritan tepatnya di belakang peluntar rudal Exocet. Terakhir masih ada lagi sepasang kanon antipesawat caliber 20 mm. Senjata buatan Rheinmettal, Jerman ini dioperasikan secara manual. Lantaran tak dibekali dengan kemampuan tempur bawah air maka umumnya penggelaran KCR dilakukan dengan dukungan dari kapal torpedo (KCT).

Turbin Lebih Boros

Mesin gas turbin memang lebih boros. Hal ini diungkapkan Komandan KRI Keris (624), Mayor Laut (P) Antonius kepada Angkasa. Menurutnya saat kapal melaju pada kecepatan 20 knot maka bahan bakar yang dibutuhkan adalah tiga ton per jam.

Meningkat ke angka 30 knot maka kebutuhan melonjak jadi empat ton per jam.

Saat mencapai kecepatan maksimal tercatat kapal butuh pasokan lima ton bahan bakar per jam.

Sekarang bandingkan dengan mesin diesel. Pada kecepatan normal 12 knot kapal cukup membutuhkan bahan bakar sebanyak sembilan ton untuk berlayar sehari penuh.

Spesifikasi

Panjang 50,2m, beam 7,3m
Draught 2,3m
Bobot tempur : 270 ton
Sumber tenaga : 1 mesin gas turbin GE LM 2500 dan sepasang mesin diesel MTU 12V 331TC81
Kecepatan maksimal : +/- 35 knot
Awak kapal : 43 termasuk tujuh perwira.

(Edkol Angkasa : The Deadliest Fast Attack Craft, Desember 2007)

1 komentar:

  1. selalu jaya buat KRS - 624............... bersama EXOCET MM-38......

    BalasHapus